The School for Good and Evil Pt.2 – Soman Chainani
- XoAi
- Nov 10, 2020
- 2 min read
Benarkah cinta sejati lebih berharga dari sahabat
The School Good and Evil Pt.2 – Dunia Tanpa Pangeran –
Penulis : Soman Chainani
Penerbit : Bhuana Sastra/ Bhuana Ilmu Populer
Tahun : 2015
Halaman : 511 hlm.
Buy : Gramedia
Prolog – Cerita awal
Di hutan purbakala berdirilah sekolah kebaikan dan kejahatan. Dua menara bagai kepala kembar. Satu untuk yang tulus. Satu untuk yang keji. Sia-sia mencoba kabur, satu-satunya jalan keluar adalah memalui dongeng.

Imajinasi kalian diasah ketika membaca buku ini.
Faktanya: buku ini berhasil masuk ke dalam buku terlaris versi New York Times. Novel ini ternyata sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa di enam benua. *Pada saat buku pertamanya terbit*
Sama seperti buku pertamanya. Novel yang berdasarkan imajinasi dari penulis dengan genre fiksi – adventure. Menceritakan kelanjutan kisah mengenai dua sahabat Sophie dan Agatha yang telah menjadi murid dari Sekolah Kebaikan dan Kejahatan. Dalam buku keduanya ini, fokus mereka berdua yakni kepada pangeran.
Buku pertama tentang nilai dari sebuah persahabatan. Dimana kutukan yang ada pada mereka terpecahkan oleh hadirnya seorang sahabat bukan seperti dongen pada umunya yang membutuhkan pangeran untuk menghancurkan sebuah kutukan yang ada.
Sedangkan dalam buku kedua ini, Sophie dan Agatha di hadapkan dilema yaitu laki-laki. Mengenai apakah mereka membutuhkan seorang laki-laki yang akan menjadi pangeran mereka atau sebaliknya mereka tidak membutuhkan laki-laki – Pangeran –. Hanya sabatlah yang meraka buthkan dalam dunia dongeng itu.
Akhir dari buku pertama disaat kutukan dihancurkan oleh sebuah ciuman dari sahabat bukan seorang pangeran, mengakibatkan sebuah perubahan dalam dunia dongen itu. Sekolah yang pada awalnya merupakan Sekolah Kebaikan danKejahatan, berganti menggantikan Sekolah Perempuan dan Laki-laki.
Dari situ ketegangan antara mereka terjadi. Berdampak pada hubungan Agatha dan juga Tedros.
Paragraf terakhir.
Dulunya cinta sejati, kini dua gadis itu terpisah seolah tak saling mengenal, masing-masing dalam pelukan anak laki-laki; Baik dengan Baik, Jahat dengan Jahat.....
permohonan keduanya terwujud.
“Bahwa kehidupan tanpa pemuda adalah akhir bahagia yang paling hebat bagi seorang gadis”

Comments