top of page

The Temple of The Golden Pavillion - Yukio Mishima

  • Writer: XoAi
    XoAi
  • Jul 21, 2020
  • 3 min read
Akankah Mizoguchi mampu menghanguskan Kuil Emas dan mendapatkan keindahan yang dirasakannya?

Sebuah kisah tentang kehidupan. Itu yang aku simpulkan selama membaca buku ini. Novel klasik berasal dari Jepang yang ditulis oleh Yukio Mishima yang merupakan nama pena dari Kimitake Hiraoka. Walaupun ini merupakan novel lama tetapi bahasa yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia ini sangat mudah dipahami.


Kisah kehidupan dalam novel ini mengenai seorang anak laki-laki yang terlahir tidak sempurna. Anak laki-laki itu terlahir gagap didalam keluarga yang tidak begitu bercukupan. Tetapi keluarganya merupakan keluarga dari seorang yang paham sekali mengenai agama, bisa dibilang ayahnya adalah seorang pendeta disebuah kuil kecil di desanya. Sejak anak laki-laki itu kecil, ayahnya selalu menceritakan mengenai Kuil Emas, keindahannya dan semua yang berhubungan dengan kuil itu. Hingga ayahnya menginginkan anak itu untuk dapat menjadi pendeta di Kuil Emas itu.


"Kurasakan perasaan yang amat berbahaya merasuki diriku: bahwa pikiran yang merebak di dalam kepalaku ditaukan dengan gejala-gejala dunia luar oleh selaput tunggal kulit yang peka dan rapuh”

Untuk mewujudkan mimpi itu, dimulailah perjalan hidup yang penuh dengan lika liku dan luka yang dirasakan oleh anak laki-laki itu. Dilahirkan dengan kekurangan membuat dia selalu diejek dan dikucilkan oleh teman-temannya. Selain itu, dia menemukan teman yang memiliki kepribadian berbeda dengan dirinya hingga teman yang memiliki cerita atau keadaan yang sama dengan dirinya juga. Dari kedua teman itu pula, anak laki-laki itu mengalami kebimbangan dalam hidupnya.


“Ia seakan-akan merupakan cerminan diriku sendiri yang mengerikan. Pada saat-saat seperti itu, betapa pun cantiknya sebuah wajah, ia akan berubah menjadi buruk, tepat seperti mukaku.”


Teman yang satunya memiliki sifat yang berbanding terbalik dari dirinya seperti temannya itu memiliki kehidupan yang baik serta kepribadiannya juga baik. Sedangkan dirinya, hidup dengan kegelapan, pikiran-pikiran yang buruk selalu ada dalam pikiran anak laki-laki itu; sama seperti teman yang satunya lagi. Teman yang memiliki sifat yang sama dengan dirinya itu, memiliki kekurangan juga yaitu ia terlakhir dengan kaki yang tidak normal atau bengkok.


Kedua temannya itupun yang mempengaruhi jalan kehidupan dari anak laki-laki itu hingga ia dapat mewujudkan mimpinya.


Dari situ, aku sendiri merasa bahwa kita dalam hidup memang akan mengahadapi orang-orang yang seperti itu. Ada yang membantu kita hingga menemukan cahaya ada pula yang ikut menenggelamkan kita kedalam kegelapan.


Pertama, aku baca anak laki-laki itu memiliki sifat baik dalam dirinya, ia masih belum terjatuh dalam kegelapan hidup. Tetapi dengan kejadian-kejadian yang membuat luka dalam hatinya ia akhirnya masuk dalam kegelapan itu. Ia mulai bertekat untuk dapat menggapai mimpinya hingga orang-orang yang selam ini mengejeknya akan menyesal. Tetapi dalam menggapai mimpinya itu, ia melakukan sebuah kesalahan dan berbohong mengenai itu. Menurutku awal mula dari kehancuran sebenarnya dalam kehidupan anak laki-laki itu ialah saat itu mulai menutup mata dan mulutnya (berbohong).


Aku juga sering denger kalau kita sudah kebiasaan melakukan kebohongan atau berbohong terhadap hal-hal kecil maka itu akan terus terjadi seperti itu selama dan bisa pula kebohongan kecil itu akan menjadi sebiah kebohingan besar yang dapat berdampak pada kehidupan kita yang akan datang.


Aku suka sama cerita seperti itu, sebuah kehiduan yang sebenarnya. Banyak sekali kutipan-kutipan kehidupan dalam novel ini.



“Seperti yang sering aku katakan, ejekan dan hinaan lebih menyenangkan bagiku daripada rasa simpati.”
“Sampai saat itu aku memiliki dugaaan yang aneh bahwa mengenyahkan kegagapanku sama saja dengan meniadakan keberadaan yang disebut “aku”.
“Sebagaimana yang sudah berkali-kali aku katakan, alasan utama dari kehidupanku ialah kenyataan bahwa aku tidak dipahami orang”
“Sesaat aku merasa seolah-olah nyaris terperangkap lagi dalam keindahan hidup atau dalam raa iri hati atas kehiupan.”

Comentarios


Subscribe Form

  • twitter

©2020 by Ai's Galaxy

bottom of page